cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT adalah publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Buletin ini memuat hasil penelitian terkait komoditas rempah dan obat yang belum diterbitkan pada media lain.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT" : 10 Documents clear
EFEKTIVITAS INSEKTISIDA NABATI BERBAHAN AKTIF AZADIRACHTIN DAN SAPONIN TERHADAP MORTALITAS DAN INTENSITAS SERANGAN Aphis gossypii Glover Tri Lestari Mardiningsih; C. Sukmana; N. Tarigan; S. Suriati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Aphis gossypii merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman nilam, baik di pembibitan maupun di lapang. Akibat serangannya pucuk daun menjadi keriting. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh mimba dan rerak dilakukan di KP Cicurug, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Sukabumi sejak Juli sampai Nopember 2009. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan ialah for-mulasi biji mimba dan Tween 5% konsen-trasi 0,25; 0,5; 1; dan 2% atau konsen-trasi bahan aktif azadirachtin 0,0015; 0,003; 0,006; dan 0,012%, formula rerak murni konsentrasi 0,25; 0,5; 1; dan 2% atau konsentrasi bahan aktif saponin 0,075; 0,15; 0,3; dan 0,6%, insektisida sintetis (deltametrin 0,5 ml/l) dan kontrol. Tanaman nilam ditanam dengan jarak tanam 30 x 50 cm. Jumlah populasi 50 tanaman per plot dan jumlah sampel 5 tanaman per plot. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sistematik dengan sistem diagonal. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung populasi A. gossypii pada satu pucuk yang terserang. Aplikasi dilakukan satu hari setelah pengamatan pertama yaitu apabila di-temukan populasi serangga hama sasaran dan kerusakan tanaman. Interval aplikasi satu minggu. Aplikasi dilakukan sebanyak dua belas kali. Pengamatan sebelum dan sesudah aplikasi insektisida dilakukan sebanyak delapan kali. Pengamatan se-belum aplikasi insektisida saja dilakukan pada minggu ke sembilan sampai ke dua belas dan pengamatan terakhir pada minggu ke tiga belas. Parameter lain yang diamati ialah intensitas serangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan insektisida nabati mimba (bahan aktif azadirachtin) pada konsentrasi 0,25; 0,5; 1; dan 2% dan rerak (bahan aktif sapo-nin) pada konsentrasi 0,5; 1; dan 2% efektif mengendalikan populasi A. Gossypii di lapang. Perlakuan insektisida nabati tidak berpengaruh terhadap intensitas serangan A. gossypii. 
POTENSI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A. & J.H. Schult. Kurz) SEBAGAI OBAT DI BALI Wawan Sujarwo; Ida Bagus Ketut Arinasa; I Nyoman Peneng
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Publikasi yang mengungkap tentang peng-gunaan bambu dalam dunia pengobatan masih sedikit sekali bila dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Penelitian ini bertujuan mengangkat kearifan lokal yang ada di Bali tentang penggunaan bambu tali sebagai obat, mengetahui komponen kimia dasar penyusun bambu tali dan mengetahui kandungan senyawa kimia aktif yang berpotensi sebagai obat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, eksplorasi materi genetik, dan laboratorium (uji proksimat dan GCMS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat belas respon-den (51,85%) menyatakan bahwa bambu tali berpotensi sebagai obat, berdasarkan lontar usada (kitab pengobatan tradisional Bali) dan sudah mempraktekannya secara langsung terhadap pasien. Akar bambu tali dapat mengobati kencing manis, kencing batu, maag, liver (sakit kuning), hipertensi, ginjal, kanker payudara, limpa, kanker darah, dan batuk. Sedangkan batang (buluh) bambu tali dapat digunakan untuk meremajakan kulit bekas luka, memper-lancar persalinan, mengobati luka, dan mengobati panas dalam. Pengujian prok-simat menunjukkan bahwa bambu tali mengandung protein 2,02% (akar)-4,72% (batang), lemak 6,71% (batang)-7,78% (akar), abu 4,05% (batang)-11,21% (akar), air 8,51% (akar)-8,51% (batang), karbohidrat 70,49% (akar)-76% (batang), pati 12,18% (batang)-13,07% (akar), serat 59,21% (batang)-62,67% (akar) dan antioksidan 29,91 ppm (batang)-42,88 ppm (akar). Pengujian gas chromato-graphy mass spectrometry (GCMS) menggunakan pelarut non polar (hexane) menunjukkan bahwa bambu tali mengan-dung asam lemak, baik asam lemak jenuh (palmitic acid, myristic acid, stearic acid, dan lain-lain) maupun asam lemak tidak jenuh (oleic acid dan lain-lain) serta senyawa lainnya (kurkumin, limonen, dan lain-lain). Ditemukan pula senyawa aromatik seperti toluene, naphthalene, dan 1,3,5-trimethyl benzene. 
STUDI PENDAHULUAN PEMURNIAN EKSTRAK BIJI KEMALAKIAN (Croton tiglium) DENGAN TEKNIK SOLID PHASE EXTRACTION (SPE) Yuningsih Yuningsih; R. Damayanti
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Ketersediaan obat sintetik untuk peng-obatan penyakit HIV sangat terbatas, sehingga diperlukan pengembangan meto-de analisis Phorbol 13-decanoate (derivat phorbol ester) dalam ekstrak metanol dan petroleum eter biji kemalakian (Croton tiglium) sebagai obat alternatif. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan isolasi derivat phorbol ester dengan teknik solid phase extraction (SPE) sebagai bahan aktif penghambat proliferasi human immuno-deficiency (HIV). Biji kemalakian dikoleksi dari Kebun Percobaan Balittro dan dieks-traksi dengan metanol dan petroleum eter kemudian ekstrak dimurnikan dengan menggunakan cartridge C18 dan dielusi dengan masing-masing pelarutnya. Hasil masing-masing elusi dikeringkan dengan alat rotary evaporator dan dispotkan pada plat kromatografi lapis tipis (KLT silika gel 60 F254). Hasil konfirmasi metode dengan uji perolehan kembali menunjukkan cukup baik, yaitu 125 dan 115% dengan 3 ulangan dari masing-masing ekstrak. Kandungan Phorbol 13-decanoate dalam ekstrak metanol dan ekstrak petroleum eter masing-masing 2.500 dan 115 ppm. 
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI NILAM PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Burhanuddin Burhanuddin; Nurmansyah Nurmansyah
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk kandang dan kapur terhadap per-tumbuhan dan produksi nilam pada tanah podsolik merah kuning (PMK) dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Laing Solok Suma-tera Barat sejak September 2007 sampai Mei 2008. Perlakuan disusun dalam Pola Faktorial, Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah penggunaan pupuk organik (0; 20; dan 30 t/ha) sebagai faktor I, dan kapur (0; 1,5; dan 2 t/ha) sebagai faktor II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 30 t/ha yang dikombinasi-kan dengan pemberian kapur 2 t/ha meng-hasilkan pertumbuhan tanaman terbaik, dengan rataan tinggi tanaman 80,7 cm, jumlah cabang primer 33,4 buah, diameter tajuk 107,5 cm, dan produksi terna 25,2 t/ha. Hasil tersebut berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dengan rataan tinggi tanaman 57,3 cm, jumlah cabang primer 20,9 buah, diameter tajuk 67,4 cm, dan produksi terna 6,1 t/ha. 
FORMULA SABUN TRANSPARAN ANTIJAMUR DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L.Swartz.) Hernani Hernani; Tatit K. Bunasor; Fitriati Fitriati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Lengkuas mengandung senyawa aktif, antara lain eugenol, galangin, kaempferol, kuersetin, dan asetoksikhavikol asetat (ACA). Komponen ACA dilaporkan mem-punyai efek sebagai anti jamur. Tujuan penelitian untuk mengetahui penambahan ekstrak lengkuas pada sabun transparan terhadap kualitas, daya anti jamur, dan tingkat kesukaan panelis. Tahap kegiatan mencakup analisis kualitas bahan baku, pembuatan ekstrak, formulasi sabun trans-paran, analisis kualitas sabun, uji daya antijamur, dan uji organoleptik sabun transparan. Hasil analisis kualitas bahan baku menunjukkan bahwa semua kriteria mutu masih memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia (MMI). Pening-katan konsentrasi ekstrak lengkuas pada sabun transparan secara signifikan mem-berikan pengaruh terhadap asam lemak total, fraksi yang tidak tersabunkan, bahan yang tidak larut dalam alkohol, dan pH. Hasil uji antijamur menunjukkan bahwa sabun transparan yang mengandung eks-trak lengkuas 1% dapat menghambat pertumbuhan jamur Tricophyton menta-grophytes dan Microsporum canis. Daya hambat sabun transparan terhadap M. canis lebih baik dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak lengkuas menurunkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, tekstur, dan kekerasan. 
ASPEK BIOLOGIS HAMA Aspidomorpha milliaris F. (Coleoptera : Crysomelidae) PADA TANAMAN YLANG-YLANG Adria Adria; Sondang Suriati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Aspidomorpha milliaris (Coleoptera : Crysomelidae) adalah salah satu hama pada tanaman ylang-ylang (Canangium odoratum forma guneina) di Kebun Per-cobaan Laing Solok. Sehubungan dengan itu telah dilakukan studi aspek biologis A. milliaris sejak Januari sampai Desember 2008 dalam skala rumah kaca dan obser-vasi lapangan. Penelitian rumah kaca dilak-sanakan dengan metode rearing pada April dan Oktober 2008. Pada setiap tahapan telur A. milliaris dikoleksi dari lapangan, dipelihara dalam kotak transparan Æ 25 cm, dan diamati perkembangannya sampai jadi imago. Pengamatan dilakukan setiap hari, meliputi persentase ekslosi telur, mortalitas larva tiap instar, lama periode larva, lama periode pupa, persentase emergensi pupa menjadi imago, konsumsi makan larva dan imago. Observasi lapang dilaksanakan terhadap 15 tanaman contoh yang ditentukan secara sistematik random sampling. Pengamatan dilakukan setiap bulan dan parameter yang diamati : kera-patan populasi (larva, pupa, dan imago) dan intensitas serangan. Hasil penelitian diketahui aspek biologis, khususnya siklus hidup, A. milliaris pada tanaman ylang-ylang dari telur sampai imago berlangsung 63,35 hari, terdiri atas stadium telur, larva, dan pupa masing-masing selama 6,56; 45,31; dan 11,48 hari. Lama siklus pada musim hujan lebih panjang 3,09 hari dibanding musim kemarau. Tingkat ekslosi telur mencapai 88,67%, pupasi 67,30%, dan emergensi pupa 70,65% masing-masing dalam waktu 5-8; 8-12; dan 10-14 hari. Volume makan larva instar VI dan imago paling tinggi mencapai 0,503 dan 0,449 g/ekor/hari. Padat populasi men-capai 43,72 ekor/tanaman, terdiri dari larva, pupa, dan imago masing-masing 27,48; 8,97; dan 7,27 ekor/tanaman. Intensitas serangan mencapai 36,55%, yang meliputi 18,90% pada daun muda dan 17,65% pada daun tua. 
PENGARUH HERBISIDA DAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN ARTEMISIA Agus Sudiman Tjokrowardojo; Nur Maslahah; Gusmaini Gusmaini
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Penelitian untuk mengetahui pengaruh herbisida dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan pro-duksi tanaman artemisia dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di Gunung Putri, Kabupaten Cianjur, mulai Maret sampai Desember 2007. Percobaan disusun menu-rut rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor I adalah cara pengendalian gulma, terdiri atas 6 taraf : P0=kontrol; P1=disiang manual; P2=1,6 kg diuron; P3=2,4 kg diuron; P4=0,63 kg oxyfluorfen; dan P5=0,83 kg oxyfluorfen/ha. Faktor II adalah dosis FMA, terdiri atas 4 taraf : M0=tanpa FMA; M1=5,0 g FMA; M2=10 g FMA; dan M3=15 g FMA/kg tanah. Penelitian merupakan percobaan pot yang berisi media campuran tanah dan pupuk kandang (8 + 2 kg); 3,5 g Urea; 1,5 g SP-36; dan 1,5 g KCl/pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diuron 1,6 dan 2,4 kg/ha, dan oxyfluorfen 0,63 dan 0,83 kg/ha efektif mengendalikan gulma sampai 4 bulan setelah tanam (BST). Oxy-fluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak meracuni tanaman artemisia dan tidak mengganggu perkembangan populasi FMA. Sedangkan diuron dengan dosis 1,6 dan 2,4 kg/ha meracuni tanaman artemisia cukup berat, namun tidak berpengaruh negatif  terhadap  perkembangan FMA. Hal ini terbukti dari populasi FMA pada per-lakuan diuron cukup tinggi (153-208,25 g/kg tanah) relatif sama dengan yang disiang manual (207,25 g/kg tanah). Pada pemberian 0,63 dan 0,83 kg oxyfluorfen/ ha, populasi FMA berkisar antara 128-163,75 g/kg tanah, relatif sama dengan yang disiang manual, dan lebih tinggi serta berbeda nyata dibanding kontrol. Tanaman artemisia mengalami keracunan berat oleh diuron dosis 1,6  dan 2,4 kg/ha sehingga pertumbuhannya terhambat dan bahkan ada yang mati. Oxyfluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan, jumlah cabang, diameter batang, maupun bio-massa artemisia. Pada 4 BST, bobot bio-massa tanaman artemisia tertinggi diper-oleh pada perlakuan oxyfluorfen dosis 0,63 kg/ha (2.344,28 g/tanaman), diikuti dosis 0,83 kg oxyfluorfen/ha (2.119,70 g/tanaman), masing-masing lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan yang disiang manual (1.787,85 g/tanam-an) maupun kontrol (1.480,95 g/tanam-an). Pemberian 10 g FMA/kg tanah dan 0,63 kg oxyfluorfen/ha merupakan kombi-nasi dosis optimal bagi pertumbuhan artemisia yang tercermin dari bobot bio-massa tertinggi (2.987,40 g/tanaman). Penggunaan FMA meningkatkan kadar artemisinin 3,27%.
RESPON LIMA AKSESI PEGAGAN TERHADAP Septoria centellae, PENYEBAB BERCAK DAUN Dono Wahyuno; Nisa Amalia; Nia Rossiana; Nurliani Bermawie
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman obat yang berguna untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan kinerja syaraf otak. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah mengumpul-kan pegagan dari berbagai lokasi di Indonesia. Beberapa diantaranya telah dikarakterisasi morfologi dan produktivitas-nya. Di Bogor dan sekitarnya, daun tanaman pegagan menunjukkan gejala bercak daun dan belum pernah dilaporkan jenis patogen penyebabnya. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi patogen penyebab bercak daun dan mengetahui ketahanan aksesi pegagan yang potensial untuk dilepas sebagai varietas. Penelitian dilakukan sejak Januari 2007 sampai Mei 2008 di Balittro, Bogor. Identifikasi dilaku-kan dengan isolasi konidia tunggal, menumbuhkan isolat pada media agar kentang  dektrose (AKD), melakukan pos-tulat Koch, pengamatan morfologi di bawah mikroskop untuk identifikasi, diser-tai pengamatan proses infeksi. Pengujian ketahanan aksesi pegagan dilakukan di rumah kaca dengan inokulasi buatan. Sus-pensi konidia (106 per ml) isolat cendawan yang berhasil diisolasi disemprotkan pada lima aksesi pegagan. Parameter ketahanan yang diamati adalah luas serangan, inten-sitas serangan, dan kecepatan munculnya gejala dihitung dengan rumus Area Under Disease Progress Curve (AUDPC). Hasil pengamatan menunjukkan cendawan penyebab bercak daun pegagan adalah Septoria centellae, yang dapat masuk ke dalam jaringan tanaman melalui lubang stomata maupun penetrasi langsung. Hasil uji ketahanan menunjukkan, aksesi Bengkulu dan Ciwidey mempunyai keta-hanan yang lebih baik dibanding aksesi Gunung Putri, Majalengka, dan Ungaran. 
PENGARUH ORYZALIN TERHADAP TINGKAT PLOIDI TANAMAN GARUT (Maranta arundinacea L.) L. Agus Sukamto; Albertus H. Wawo; Fajarudin Ahmad
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

The Effect of Oryzalin on Ploidy Level of Arrowroot Plant (Maranta arundinacea L.)Arrowroot is propagated vegetative so its genetic variation is very narrow. The narrow genetic variation could be broadened through ploidy manipulation. Oryzalin could induce ploidy level of chromosomes and broaden plant genetic variation. Increase in chromosome number usually corresponds with increase stomata, corm, and starch contents. The aims of this research were to broaden germplasms of arrowroot plant by doubling its chromosomes and seeking for individual plants that potentially poly-ploidy to yield increase. This experiment had been done in experimental garden of Cibinong Science Center, February-December 2009. A five-node rhizome was soaked in Oryzalin solution of 0; 10; 20; 30; 40; 50; and 60 µM for 6 days and washed with water. The rhizome was then grown in a polybag containing soil and compost (1:1) in field with 30% shaded net. Oryzalin treatment at high concentration on arrowroot rhizome inhibited plant growth but it increased plant growth at low concentration (10 µM). Several arrowroot plants resulted from Oryzalin treatments were potential polyploid plants. Their stomata were bigger/longer, greener, more rounded, thicker, and more undulated leaves than the control. 
PERAN SERAIWANGI SEBAGAI TANAMAN KONSERVASI PADA PERTANAMAN KAKAO DI LAHAN KRITIS Daswir Daswir
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Penelitian untuk mempelajari peranan seraiwangi sebagai tanaman konservasi dalam pertanaman kakao di lahan kritis telah dilaksanakan pada Januari sampai Desember 2008 di Desa Aripan Kabupaten Solok. Lokasi berada pada ketinggian 460 m dpl dengan kemiringan lahan di atas 30% pada jenis tanah Podsolik merah kuning. Penelitian menggunakan Rancang-an Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perla-kuan jarak tanam dan 4 ulangan. Perlaku-an terdiri atas perbedaan jarak antar tanaman seraiwangi yaitu  jarak tanam 1,0 m (100 rpn/plot); jarak tanam 0,8 m (120 rpn/plot); jarak tanam 0,6 m (160 rpn/ plot); jarak tanam 1,0 m rumput ternak (100 rpn/plot), dan tanpa tanaman (kon-trol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seraiwangi berperan sebagai tanaman konservasi dalam pertanaman kakao di dataran rendah dengan tingkat kemiringan >25%. Dari tingkat erosi lahan terutama dari bobot aliran permukaan air dan tanah serta kondisi unsur hara tanah menun-jukkan bahwa dengan perlakuan jarak tanam 0,8 m (120 rpn/plot) yang terendah bobot tanah (13,2 kg/90 m²/bln), volume air (3,1 cm³/90 m²/bln). Kadar hara tanah dan kelembapan tanah sangat nyata pengurangan dibanding dengan perlakuan kontrol. Hasil panen seraiwangi pada perlakuan jarak tanam 0,8 m adalah yang tertinggi (258,9 g/rpn) dibanding perla-kuan lain yakni di bawah 200 g/rpn. Mutu minyak seraiwangi dari panen I pada setiap perlakuan memperlihatkan hasil rendemen dan mutu minyak tertinggi berturut-turut yaitu 0,96; 0,91; dan 0,89% rendemen dan kadar citronelal 45,4; 41,3; dan 39,6%. Kerusakan buah tanaman kakao lebih rendah (<25%) di-banding tanpa ada tanaman seraiwangi (kontrol) yakni lebih dari 50% selama panen 1. Usahatani tanaman seraiwangi dalam tahun pertama belum memberikan hasil yang nyata dan menguntungkan secara ekonomis, tetapi dari segi konser-vasi dapat  mengurangi tanah tererosi dan aliran permukaan di atas 40%, dan dapat mengurangi atau menjaga tingkat kadar hara tanah lebih baik dibanding tanpa adanya tanaman seraiwangi (kontrol). 

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 32, No 2 (2021): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 32, No 1 (2021): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 31, No 2 (2020): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 31, No 1 (2020): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 30, No 2 (2019): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 30, No 1 (2019): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 29, No 2 (2018): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 29, No 1 (2018): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 28, No 2 (2017): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 28, No 1 (2017): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 27, No 2 (2016): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 27, No 1 (2016): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 26, No 2 (2015): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 26, No 1 (2015): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 25, No 2 (2014): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 25, No 1 (2014): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 1 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 1 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 2 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 22, No 1 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 21, No 1 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 20, No 1 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 17, No 2 (2006): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 17, No 1 (2006): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 16, No 2 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 15, No 2 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 15, No 1 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 14, No 1 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 13, No 2 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 13, No 1 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 12, No 1 (2001): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 11, No 2 (2000): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 10, No 1 (1999): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 2 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 1 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 8, No 2 (1993): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 8, No 1 (1993): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 7, No 2 (1992): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 7, No 1 (1992): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 6, No 2 (1991): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 6, No 1 (1991): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 5, No 2 (1990): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 5, No 1 (1990): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 4, No 2 (1989): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 4, No 1 (1989): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 3, No 2 (1988): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 3, No 1 (1988): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 2, No 2 (1987): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 2, No 1 (1987): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 1, No 2 (1986): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Vol 1, No 1 (1986): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat More Issue